Selasa, 14 Desember 2010

Andriy Shevchenko

Di tengah dominasi bintang-bintang dari Amerika Latin maupun Eropa Barat, muncul seorang bintang yang berasal dari negara kecil pecahan Uni Soviet, Ukraina. Adalah Andriy Mykolayovych Shevchenko yang lebih beken dipanggil Sheva ini muncul sebagai pemain paling bersinar di dataran Eropa.Karirnya melesat tajam sebagai pencetak gol yang subur setelah direkrut oleh klub raksasa Italia, AC Milan pada tahun 1999 dari klub yang membesarkannya, Dinamo Kyiv. Bersama AC Milan, 100 gol telah dicetaknya dalam lima musim terakhir di Seri A Liga Italia. Shevchenko menjadi pemain asaing pertama yang pernah menyandang gelar pencetak gol terbanyak.

Pemain kelahiran Dvirkivschyna 29 September 1976 itu memang memiliki modal untuk menjadi salah satu pemain depan paling berbahaya. Skill, keberanian dan semangat yang dimiliki membuat Shevchenko menjadi momok menakutkan bagi setiap pemain belakang. Sebagai kapten Ukraina, Shevchenko membawa negaranya lolos pertama kali ke putaran final Piala Dunia 2006 di Jerman.

Bakat sepakbola Sheva berawal dari sentuhan Alexander Shpakov yang mengajaknya bergabung dengan Dynamo Kiev. Setelah mengantarkan klub ibu kota itu merebut lima kali gelar liga, ia resmi bergabung dengan Milan, Juni 1999. Di Italia, penampilannya kian bersinar dan sampai menjadi kesayangan sang pemilik klub, Silvio Berlusconi.

Kini, setelah tujuh musim menjadi goal getter bagi Rossoneri dan telah berhasil menjadi pemain terbaik Eropa pada 2004, Shevchenko memutuskan untuk bergabung dengan juara Liga Premier Inggris, Chelsea.

Cafu

Marcos Evangelista de Moraes atau akrab disapa sebagai Cafu (lahir pada tanggal 7 Juni 1970 di São Paulo, Brasil) adalah seorang pemain sepak bola Brasil. Pemain dengan tinggi badan 176 cm ini berposisi sebagai bek dan bergabung ke AC Milan pada tahun 2003.

Pada Piala Dunia FIFA 2006, Cafu yang merupakan kapten tim nasional Brasil menambahkan catatan rekor dalam kariernya di level internasional menjadi pemain tim Samba (julukan Brasil) yang paling sering menang di pertandingan Piala Dunia. Sehabis pertandingan melawan Australia di Munich, Minggu 18 Juni 2006, Cafu resmi menyamai rekor yang dipegang Carlos Dunga dan Claudio Taffarel sebagai pemain yang paling sering membela Brasil di Piala Dunia, yakni sebanyak 18 pertandingan. Cafu telah merasakan 14 kemenangan, lebih banyak daripada Dunga, Taffarel, dan pemain Brasil manapun. Sampai saat piala dunia 2006, Cafu juga masih memegang rekor pemain Brasil dengan cap terbanyak, yakni 148 pertandingan. Dari ratusan partai itu ia hanya merasakan kekalahan sebanyak 19 kali. Rekor ini terus bertambah ketika Brasil menang atas Ghana pada babak 16 besar.

Paolo Maldini


Paolo Maldini (lahir di Milan, Italia, 26 Juni 1968; umur 42 tahun) adalah seorang pesepak bola Italia. Sepanjang kariernya dia hanya bermain di klub AC Milan, di mana dia paling sering diposisikan sebagai bek kiri dan bek tengah. Ia bertinggi tubuh 188 cm. Maldini adalah salah satu legenda sepak bola Italia yang sangat disegani. Meskipun sekarang umurnya sudah hampir mencapai kepala empat, tapi dia tetap konsisten dengan permainannya. Di Milan, saat ini ia sering dipasangkan dengan Alessandro Nesta jika bermain sebagai bek tengah.

Di pentas Seri A, Paolo Maldini berhasil menyamai rekor penampilan Dino Zoff di Seri A sebanyak 570 kali pada 18 September 2005 dalam pertandingan melawan Sampdoria. Pertandingan tersebut juga merupakan yang ke-800 dalam kariernya bersama AC Milan. Kontrak Maldini awalnya akan berakhir pada akhir musim 2007-08 namun kemudian diperpanjang hingga musim 2008-09. Untuk dedikasi terhadap klubnya, AC Milan, seragam bernomor 3 akan turut dipensiunkan sampai putranya, Christian, masuk ke skuad utama AC Milan.

Debut Maldini di Seri A terjadi pada tahun 1985 melawan Udinese, saat berusia 16 tahun. Sejak saat itu dia mempunyai karier yang cemerlang, memenangi banyak trofi bersama Milan (hingga 2007: 7 gelar Seri A dan 4 gelar Liga Champions). Maldini bisa dikatakan adalah bek terbaik di dunia pada puncak kariernya. Hal ini ditandai dengan keberhasilan Maldini meraih Ballon d'Or versi majalah France Football pada tahun 1994.

Pada debutnya, Maldini dipasang oleh pelatih Nils Liedholm sebagai bek kanan. Musim berikutnya, posisi Maldini diubah menjadi bek kiri, seiring kemampuannya menggunakan kedua kakinya. Di posisi ini Maldini melegenda sampai bertahun-tahun sebagai seorang bek kiri. Pada tahun 1997, setelah Franco Baresi (kapten dan bek tengah Milan) pensiun, Maldini mulai dicoba posisi sebagai bek sentral. Peran ini dilakoni dengan baik, hingga saat ini Paolo Maldini juga dikenal sebagai seorang bek sentral. Maldini juga dikenal akan kepemimpinannya yang berpengaruh, temperamennya yang tenang dan pertahanannya yang tanpa cela.

Maldini adalah orang ke-5 yang tampil seratus kali di Liga Champions sepanjang sejarah seiring dengan penampilannya melawan Glasgow Celtic di babak kedua Liga Champions Eropa 2006/2007. Setelah 22 tahun membela Milan, Maldini melempar pernyataan tentang kemungkinan dirinya akan pensiun pada akhir musim 2007/2008, seiring dengan berakhir kontrak dirinya dengan Milan. Namun, menginjak usia 40 tahun pada bulan Juni 2008, Maldini masih akan bermain untuk Milan pada musim 2008/2009. Maldini benar-benar pensiun pada musim 2009, ia telah memutuskan untuk pensiun dari AC milan, klub yang telah membesarkan namanya.

Marco Van Basten

Bagi penggemar sepakbola, nama Marco van Basten, tidaklah asing lagi di telinga kita. Marco van Basten adalah fenomena, legenda hidup bagi AC Milan, dan tim nasional Belanda. Van Basten adalah seorang “balerina” sepakbola, jika dicermati gerakannya sangat gemulai dan indah, namun sangat mematikan. Sebagai seorang striker, torehan gol-nya sangat meyakinkan, dengan 128 gol dalam 147 penampilannya bersama AC Milan. Perlu diingat dalam kurun waktu tersebut, persaingan sepakbola dunia, khususnya di Liga Italia sudah sangat ketat.
 
Secara individu, teknik Marco van Basten boleh dibilang lengkap. Ditunjang postur dan tinggi badan, van Basten punya sundulan yang oke, dan kedua kaki yang “hidup”. Anehnya tidak seperti striker-striker lain yang bertubuh tinggi, van Basten dibekali kemampuan dribbling yang yahud. Marco van Basten adalah pemain terakhir yang mampu merebut gelar pemain terbaik Eropa selama 3 tahun berturut-turut (1988-1991).

Bersama-sama dengan Frank Rijkaard dan Ruud Gullit, van Basten memperkenalkan kehebatan TRIO BELANDA, dan membawa AC Milan merajai Italia dan Eropa dengan merebut gelar 3 Scudetto ( Juara Liga Italia 87-88,91-92,92-93 ), 3 Piala Super Italia ( 88,92,93 ), 2 Piala Champions ( 88-89,89-90 ), 2 Piala Super Eropa ( 89,90 ), dan 2 Piala Interkontinental ( 89,90 ).

Untuk negaranya, Belanda dibawanya kepada gelar terhormat, Piala Eropa 1988. Pada saat itu Belanda dibawanya menjadi juara dengan menampilkan permainan menyerang dan attraktif, yang sampai saat ini terus dikenang sebagai Total Football.

Oliver Bierhoff

Nama Bierhoff membumi sejak tahun 1997-1998 bersama klub Udinese dengan menempati posisi ketiga Seri A dan Bierhoff sendiri saat itu menjadi capocanonnieri/ top skor Seri A dengan 27 goal. Dua keberhasilan ini mendorong Milan memboyongnya pada musim panas tahun 1998, dengan nilai transfer 25 miliar lira. Atas ajakan Fabio Capello di bulan Januari 1998 untuk bergabung bersama Milan pada bulan tersebut. Tapi, Bierhoff menolak tawaran itu karena ia masih berkonsentrasi bersama Udinese sehingga ia baru bisa bergabung pada musim depannya.

Di Milan musim 1998/1999, Bierhoff menjadi pemain kunci. Memang kurang produktif hasil yang diraihnya disana. Dari sisi ini, ia kalah bersaing dengan bintang Udinese, Marcio Amoroso asal Brazil, pencetak goal terbanyak musim itu, 22 goal atau superstar Fiorentina asal Argentina, Gabriel Batistuta yang mencetak 21 goal. Sedangkan Bierhoff sendiri tahun itu cuma mengoleksi 20 goal. Namun, dengan satu atau dua goal Bierhoff, Milan senantiasa meraih angka penuh. Tatkala Milan menaklukan Perugia 1-2 di Renato Curi dalam partai terakhir musim itu. Satu dari goal Rossoneri tercipta lewat tandukan maut Bierhoff. Sundulan itulah memastikan Milan meraih Scudetto ke 16 kalinya !!!!.
Keberhasilan, berkah sebuah tantangan. Sukses Bierhoff pun diraih setelah ia melewati berbagai rintangan, terutama di awal karirnya.

Bierhoff lahir di Karlsruhe, 1 Mei 1968. ia berasal dari sebuah keluarga kaya raya. Ayahnya pemilik perusahaan yang memasok energi listrik ke seluruh wilayah utara Jerman.

Karir sepakbola Oli –begitu ia biasa disapa- dimulai ketika masih berusia 5 tahun di Essen, tempat tinggalnya hingga ia berumur 17 tahun. Ia mulai dengan pemain gelandang. Kurang lebih 9 tahun ia bermain diposisi itu. Kemudian, Brundermann, pelatih yang jago dalam sistem offside mengubah posisinya sebagai penyerang. Tahun 1985 ia bergabung dengan klub Bayer Uerdingen, yang memperkuat tim remaja. Inilah periode yang cukup berat dalam hidupnya. Sebab, disamping bermain bola ia juga harus menyelesaikan sekolah lanjutan atasnya, sekaligus menjalani program wajib militer. Ia musti pandai membagi waktu antara kegiatan disekolah, asrama militer dan latihan sepakbola.
Dari Bayer, Bierhoff pindah ke Hamburg. Disini ia bertemu dengan Reimann, pelatih yang sangat masa bodoh dengan dirinya. Oleh sang pelatih, Bierhoff tak diperhitungkan sama sekali. Mungkin karena kehadirannya tidak terlalu menguntungkan. Alhasil, catatan prestasinya pun saat itu pas-pasan, cuma menjaringkan 6 goal dari 24 pertandingan.

Lalu, ia pindah lagi. Borussia Moenchengladbach menjadi tempat yang dituju. Disana pun, ia tetap menjadi pemain cadangan. Ia bingung. Mengapa tak seorang pun pelatih percaya pada kemampuannya .

Setelah itu, ia pergi lagi. Kali ini ia coba keluar dari Bundesliga, pergi ke Austria memperkuat Salzburg, klub yang dilatih seorang warganegara Jerman, Wiebach. Disanalah ia mulai menemukan titik terang.

Lalu, klub Italia, Ascoli menggaetnya. Namun, fans klub itu menolak. Mereka menuntut kepada Rozzi, Presiden Ascoli, untuk memulangkannya. Tetapi, permintaan itu tak digubris. Akibatnya, Bierhoff dihujat dan ditampar tifosi Ascoli 2 kali.

Pada musim semi tahun 1994, heboh dimarkas Udinese. Tifosi klub berteriak, menuntut Pozzo, Presiden Udinese untuk membatalkan transfer dan kontrak Bierhoff. Buat apa membeli pemain yang tidak mungkin bisa menghasilkan goal di Seri A, seru mereka. Tetapi, Pozzo tak mau tahu. Ternyata belakangan justru Bierhoff lah –dibawah asuhan Alberto Zaccheroni- yang mengangkat pamor Udinese. Pahlawan Euro 1996 ini menunjukkan tajinya di Seri A !!!!.. Grazie Oli !!!!.. Forza Milan !!!!

@ Oliver Bierhoff in Profile:
Lahir: Karlsruhe (Jerman), 01 Mei 1968
Tinggi/ Berat: 1.97m/ 83kg
Posisi: Striker
Debut Seri A: Ascoli 0-1 Milan, 01 September 1991
Karir: Bayer Uerdingen (1986-1988), Hamburg SV (1988-1990), Bayern
Moenchengladbach (1990), Salzburg (1990-1991), Ascoli (1991-1995), Udinese
(1995-1998), Milan (1998-2001)
Prestasi: Top Skor Seri A (1997-1998) 27 Goal
Peringkat ke 3 (Udinese) 1997-1998
Scudetto 1 (Milan)
Euro1996 (GoldenGoal) Jerman
Runner-up Piala Dunia 2002 Jerman

Senin, 13 Desember 2010

Roberto Donadoni

Roberto Donadoni (lahir di Cisano Bergamasco, Bergamo, Lombardia, Italia, 9 September 1963; umur 47 tahun) adalah seorang pelatih klub sepak bola asal Italia. Sejak Juli 2006 hingga Juni 2008 ia melatih Italia, menggantikan Marcello Lippi. Sebelum melatih tim nasional Italia, Donadoni adalah pelatih klub Serie A, Livorno sejak musim 2004/2005 menggantikan Franco Colomba. Sebelumnya ia juga pernah melatih Genoa (2003/2004) namun dipecat.

Sebelum melatih Donadoni terkenal sebagai salah satu gelandang Italia yang hebat. Bersama klub A.C. Milan ia meraih banyak gelar dan menjadi bagian dari "The Dream Team".

Serginho

Sergio Claudio dos Santos, yang paling sering dikenal sebagai Serginho, adalah seorang pemain sepak bola Brasil yang ditampilkan untuk pembangkit tenaga listrik Italia AC Milan tapi mengumumkan pengunduran dirinya dari sepakbola pada akhir musim 2007-2008. dia bermain sebagai pemain sayap dan telah mengumpulkan 10 piala internasional untuk tim nasional Brasil.

Serginho memulai nya klub sepak bola profesional di Brasil sisi Itaperuna sederhana pada tahun 1992 dan setelah melengkungkan melalui klub-klub Brasil besar seperti Flamengo, Cruzeiro dan Sao Paulo, dia pindah ke negara adikuasa Italia AC Milan pada tahun 1999.

Serginho itu sebagian besar menjadi pemain pinggiran dalam bertahun-tahun di Milan, tetapi dia telah utilitas yang sangat penting pengganti. Dia mencetak gol pertama Milan penalti melawan Juventus di final Liga Champions UEFA hukuman-baku tembak pada tahun 2003 tapi tidak pada situasi yang sama melawan Liverpool di final Liga Champions 2007.

Serginho pensiun dari sepak bola di akhir musim 2007-2008.