Nama Bierhoff membumi sejak tahun 1997-1998 bersama klub Udinese dengan menempati posisi ketiga Seri A dan Bierhoff sendiri saat itu menjadi capocanonnieri/ top skor Seri A dengan 27 goal. Dua keberhasilan ini mendorong Milan memboyongnya pada musim panas tahun 1998, dengan nilai transfer 25 miliar lira. Atas ajakan Fabio Capello di bulan Januari 1998 untuk bergabung bersama Milan pada bulan tersebut. Tapi, Bierhoff menolak tawaran itu karena ia masih berkonsentrasi bersama Udinese sehingga ia baru bisa bergabung pada musim depannya.
Di Milan musim 1998/1999, Bierhoff menjadi pemain kunci. Memang kurang produktif hasil yang diraihnya disana. Dari sisi ini, ia kalah bersaing dengan bintang Udinese, Marcio Amoroso asal Brazil, pencetak goal terbanyak musim itu, 22 goal atau superstar Fiorentina asal Argentina, Gabriel Batistuta yang mencetak 21 goal. Sedangkan Bierhoff sendiri tahun itu cuma mengoleksi 20 goal. Namun, dengan satu atau dua goal Bierhoff, Milan senantiasa meraih angka penuh. Tatkala Milan menaklukan Perugia 1-2 di Renato Curi dalam partai terakhir musim itu. Satu dari goal Rossoneri tercipta lewat tandukan maut Bierhoff. Sundulan itulah memastikan Milan meraih Scudetto ke 16 kalinya !!!!.
Di Milan musim 1998/1999, Bierhoff menjadi pemain kunci. Memang kurang produktif hasil yang diraihnya disana. Dari sisi ini, ia kalah bersaing dengan bintang Udinese, Marcio Amoroso asal Brazil, pencetak goal terbanyak musim itu, 22 goal atau superstar Fiorentina asal Argentina, Gabriel Batistuta yang mencetak 21 goal. Sedangkan Bierhoff sendiri tahun itu cuma mengoleksi 20 goal. Namun, dengan satu atau dua goal Bierhoff, Milan senantiasa meraih angka penuh. Tatkala Milan menaklukan Perugia 1-2 di Renato Curi dalam partai terakhir musim itu. Satu dari goal Rossoneri tercipta lewat tandukan maut Bierhoff. Sundulan itulah memastikan Milan meraih Scudetto ke 16 kalinya !!!!.
Keberhasilan, berkah sebuah tantangan. Sukses Bierhoff pun diraih setelah ia melewati berbagai rintangan, terutama di awal karirnya.
Bierhoff lahir di Karlsruhe, 1 Mei 1968. ia berasal dari sebuah keluarga kaya raya. Ayahnya pemilik perusahaan yang memasok energi listrik ke seluruh wilayah utara Jerman.
Bierhoff lahir di Karlsruhe, 1 Mei 1968. ia berasal dari sebuah keluarga kaya raya. Ayahnya pemilik perusahaan yang memasok energi listrik ke seluruh wilayah utara Jerman.
Karir sepakbola Oli –begitu ia biasa disapa- dimulai ketika masih berusia 5 tahun di Essen, tempat tinggalnya hingga ia berumur 17 tahun. Ia mulai dengan pemain gelandang. Kurang lebih 9 tahun ia bermain diposisi itu. Kemudian, Brundermann, pelatih yang jago dalam sistem offside mengubah posisinya sebagai penyerang. Tahun 1985 ia bergabung dengan klub Bayer Uerdingen, yang memperkuat tim remaja. Inilah periode yang cukup berat dalam hidupnya. Sebab, disamping bermain bola ia juga harus menyelesaikan sekolah lanjutan atasnya, sekaligus menjalani program wajib militer. Ia musti pandai membagi waktu antara kegiatan disekolah, asrama militer dan latihan sepakbola.
Dari Bayer, Bierhoff pindah ke Hamburg. Disini ia bertemu dengan Reimann, pelatih yang sangat masa bodoh dengan dirinya. Oleh sang pelatih, Bierhoff tak diperhitungkan sama sekali. Mungkin karena kehadirannya tidak terlalu menguntungkan. Alhasil, catatan prestasinya pun saat itu pas-pasan, cuma menjaringkan 6 goal dari 24 pertandingan.
Lalu, ia pindah lagi. Borussia Moenchengladbach menjadi tempat yang dituju. Disana pun, ia tetap menjadi pemain cadangan. Ia bingung. Mengapa tak seorang pun pelatih percaya pada kemampuannya .
Setelah itu, ia pergi lagi. Kali ini ia coba keluar dari Bundesliga, pergi ke Austria memperkuat Salzburg, klub yang dilatih seorang warganegara Jerman, Wiebach. Disanalah ia mulai menemukan titik terang.
Lalu, klub Italia, Ascoli menggaetnya. Namun, fans klub itu menolak. Mereka menuntut kepada Rozzi, Presiden Ascoli, untuk memulangkannya. Tetapi, permintaan itu tak digubris. Akibatnya, Bierhoff dihujat dan ditampar tifosi Ascoli 2 kali.
Pada musim semi tahun 1994, heboh dimarkas Udinese. Tifosi klub berteriak, menuntut Pozzo, Presiden Udinese untuk membatalkan transfer dan kontrak Bierhoff. Buat apa membeli pemain yang tidak mungkin bisa menghasilkan goal di Seri A, seru mereka. Tetapi, Pozzo tak mau tahu. Ternyata belakangan justru Bierhoff lah –dibawah asuhan Alberto Zaccheroni- yang mengangkat pamor Udinese. Pahlawan Euro 1996 ini menunjukkan tajinya di Seri A !!!!.. Grazie Oli !!!!.. Forza Milan !!!!
Lalu, ia pindah lagi. Borussia Moenchengladbach menjadi tempat yang dituju. Disana pun, ia tetap menjadi pemain cadangan. Ia bingung. Mengapa tak seorang pun pelatih percaya pada kemampuannya .
Setelah itu, ia pergi lagi. Kali ini ia coba keluar dari Bundesliga, pergi ke Austria memperkuat Salzburg, klub yang dilatih seorang warganegara Jerman, Wiebach. Disanalah ia mulai menemukan titik terang.
Lalu, klub Italia, Ascoli menggaetnya. Namun, fans klub itu menolak. Mereka menuntut kepada Rozzi, Presiden Ascoli, untuk memulangkannya. Tetapi, permintaan itu tak digubris. Akibatnya, Bierhoff dihujat dan ditampar tifosi Ascoli 2 kali.
Pada musim semi tahun 1994, heboh dimarkas Udinese. Tifosi klub berteriak, menuntut Pozzo, Presiden Udinese untuk membatalkan transfer dan kontrak Bierhoff. Buat apa membeli pemain yang tidak mungkin bisa menghasilkan goal di Seri A, seru mereka. Tetapi, Pozzo tak mau tahu. Ternyata belakangan justru Bierhoff lah –dibawah asuhan Alberto Zaccheroni- yang mengangkat pamor Udinese. Pahlawan Euro 1996 ini menunjukkan tajinya di Seri A !!!!.. Grazie Oli !!!!.. Forza Milan !!!!
Lahir: Karlsruhe (Jerman), 01 Mei 1968
Tinggi/ Berat: 1.97m/ 83kg
Posisi: Striker
Debut Seri A: Ascoli 0-1 Milan, 01 September 1991
Karir: Bayer Uerdingen (1986-1988), Hamburg SV (1988-1990), Bayern
Moenchengladbach (1990), Salzburg (1990-1991), Ascoli (1991-1995), Udinese
(1995-1998), Milan (1998-2001)
Prestasi: Top Skor Seri A (1997-1998) 27 Goal
Peringkat ke 3 (Udinese) 1997-1998
Scudetto 1 (Milan)
Euro1996 (GoldenGoal) Jerman
Runner-up Piala Dunia 2002 Jerman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar