Selasa, 14 Desember 2010

Andriy Shevchenko

Di tengah dominasi bintang-bintang dari Amerika Latin maupun Eropa Barat, muncul seorang bintang yang berasal dari negara kecil pecahan Uni Soviet, Ukraina. Adalah Andriy Mykolayovych Shevchenko yang lebih beken dipanggil Sheva ini muncul sebagai pemain paling bersinar di dataran Eropa.Karirnya melesat tajam sebagai pencetak gol yang subur setelah direkrut oleh klub raksasa Italia, AC Milan pada tahun 1999 dari klub yang membesarkannya, Dinamo Kyiv. Bersama AC Milan, 100 gol telah dicetaknya dalam lima musim terakhir di Seri A Liga Italia. Shevchenko menjadi pemain asaing pertama yang pernah menyandang gelar pencetak gol terbanyak.

Pemain kelahiran Dvirkivschyna 29 September 1976 itu memang memiliki modal untuk menjadi salah satu pemain depan paling berbahaya. Skill, keberanian dan semangat yang dimiliki membuat Shevchenko menjadi momok menakutkan bagi setiap pemain belakang. Sebagai kapten Ukraina, Shevchenko membawa negaranya lolos pertama kali ke putaran final Piala Dunia 2006 di Jerman.

Bakat sepakbola Sheva berawal dari sentuhan Alexander Shpakov yang mengajaknya bergabung dengan Dynamo Kiev. Setelah mengantarkan klub ibu kota itu merebut lima kali gelar liga, ia resmi bergabung dengan Milan, Juni 1999. Di Italia, penampilannya kian bersinar dan sampai menjadi kesayangan sang pemilik klub, Silvio Berlusconi.

Kini, setelah tujuh musim menjadi goal getter bagi Rossoneri dan telah berhasil menjadi pemain terbaik Eropa pada 2004, Shevchenko memutuskan untuk bergabung dengan juara Liga Premier Inggris, Chelsea.

Cafu

Marcos Evangelista de Moraes atau akrab disapa sebagai Cafu (lahir pada tanggal 7 Juni 1970 di São Paulo, Brasil) adalah seorang pemain sepak bola Brasil. Pemain dengan tinggi badan 176 cm ini berposisi sebagai bek dan bergabung ke AC Milan pada tahun 2003.

Pada Piala Dunia FIFA 2006, Cafu yang merupakan kapten tim nasional Brasil menambahkan catatan rekor dalam kariernya di level internasional menjadi pemain tim Samba (julukan Brasil) yang paling sering menang di pertandingan Piala Dunia. Sehabis pertandingan melawan Australia di Munich, Minggu 18 Juni 2006, Cafu resmi menyamai rekor yang dipegang Carlos Dunga dan Claudio Taffarel sebagai pemain yang paling sering membela Brasil di Piala Dunia, yakni sebanyak 18 pertandingan. Cafu telah merasakan 14 kemenangan, lebih banyak daripada Dunga, Taffarel, dan pemain Brasil manapun. Sampai saat piala dunia 2006, Cafu juga masih memegang rekor pemain Brasil dengan cap terbanyak, yakni 148 pertandingan. Dari ratusan partai itu ia hanya merasakan kekalahan sebanyak 19 kali. Rekor ini terus bertambah ketika Brasil menang atas Ghana pada babak 16 besar.

Paolo Maldini


Paolo Maldini (lahir di Milan, Italia, 26 Juni 1968; umur 42 tahun) adalah seorang pesepak bola Italia. Sepanjang kariernya dia hanya bermain di klub AC Milan, di mana dia paling sering diposisikan sebagai bek kiri dan bek tengah. Ia bertinggi tubuh 188 cm. Maldini adalah salah satu legenda sepak bola Italia yang sangat disegani. Meskipun sekarang umurnya sudah hampir mencapai kepala empat, tapi dia tetap konsisten dengan permainannya. Di Milan, saat ini ia sering dipasangkan dengan Alessandro Nesta jika bermain sebagai bek tengah.

Di pentas Seri A, Paolo Maldini berhasil menyamai rekor penampilan Dino Zoff di Seri A sebanyak 570 kali pada 18 September 2005 dalam pertandingan melawan Sampdoria. Pertandingan tersebut juga merupakan yang ke-800 dalam kariernya bersama AC Milan. Kontrak Maldini awalnya akan berakhir pada akhir musim 2007-08 namun kemudian diperpanjang hingga musim 2008-09. Untuk dedikasi terhadap klubnya, AC Milan, seragam bernomor 3 akan turut dipensiunkan sampai putranya, Christian, masuk ke skuad utama AC Milan.

Debut Maldini di Seri A terjadi pada tahun 1985 melawan Udinese, saat berusia 16 tahun. Sejak saat itu dia mempunyai karier yang cemerlang, memenangi banyak trofi bersama Milan (hingga 2007: 7 gelar Seri A dan 4 gelar Liga Champions). Maldini bisa dikatakan adalah bek terbaik di dunia pada puncak kariernya. Hal ini ditandai dengan keberhasilan Maldini meraih Ballon d'Or versi majalah France Football pada tahun 1994.

Pada debutnya, Maldini dipasang oleh pelatih Nils Liedholm sebagai bek kanan. Musim berikutnya, posisi Maldini diubah menjadi bek kiri, seiring kemampuannya menggunakan kedua kakinya. Di posisi ini Maldini melegenda sampai bertahun-tahun sebagai seorang bek kiri. Pada tahun 1997, setelah Franco Baresi (kapten dan bek tengah Milan) pensiun, Maldini mulai dicoba posisi sebagai bek sentral. Peran ini dilakoni dengan baik, hingga saat ini Paolo Maldini juga dikenal sebagai seorang bek sentral. Maldini juga dikenal akan kepemimpinannya yang berpengaruh, temperamennya yang tenang dan pertahanannya yang tanpa cela.

Maldini adalah orang ke-5 yang tampil seratus kali di Liga Champions sepanjang sejarah seiring dengan penampilannya melawan Glasgow Celtic di babak kedua Liga Champions Eropa 2006/2007. Setelah 22 tahun membela Milan, Maldini melempar pernyataan tentang kemungkinan dirinya akan pensiun pada akhir musim 2007/2008, seiring dengan berakhir kontrak dirinya dengan Milan. Namun, menginjak usia 40 tahun pada bulan Juni 2008, Maldini masih akan bermain untuk Milan pada musim 2008/2009. Maldini benar-benar pensiun pada musim 2009, ia telah memutuskan untuk pensiun dari AC milan, klub yang telah membesarkan namanya.

Marco Van Basten

Bagi penggemar sepakbola, nama Marco van Basten, tidaklah asing lagi di telinga kita. Marco van Basten adalah fenomena, legenda hidup bagi AC Milan, dan tim nasional Belanda. Van Basten adalah seorang “balerina” sepakbola, jika dicermati gerakannya sangat gemulai dan indah, namun sangat mematikan. Sebagai seorang striker, torehan gol-nya sangat meyakinkan, dengan 128 gol dalam 147 penampilannya bersama AC Milan. Perlu diingat dalam kurun waktu tersebut, persaingan sepakbola dunia, khususnya di Liga Italia sudah sangat ketat.
 
Secara individu, teknik Marco van Basten boleh dibilang lengkap. Ditunjang postur dan tinggi badan, van Basten punya sundulan yang oke, dan kedua kaki yang “hidup”. Anehnya tidak seperti striker-striker lain yang bertubuh tinggi, van Basten dibekali kemampuan dribbling yang yahud. Marco van Basten adalah pemain terakhir yang mampu merebut gelar pemain terbaik Eropa selama 3 tahun berturut-turut (1988-1991).

Bersama-sama dengan Frank Rijkaard dan Ruud Gullit, van Basten memperkenalkan kehebatan TRIO BELANDA, dan membawa AC Milan merajai Italia dan Eropa dengan merebut gelar 3 Scudetto ( Juara Liga Italia 87-88,91-92,92-93 ), 3 Piala Super Italia ( 88,92,93 ), 2 Piala Champions ( 88-89,89-90 ), 2 Piala Super Eropa ( 89,90 ), dan 2 Piala Interkontinental ( 89,90 ).

Untuk negaranya, Belanda dibawanya kepada gelar terhormat, Piala Eropa 1988. Pada saat itu Belanda dibawanya menjadi juara dengan menampilkan permainan menyerang dan attraktif, yang sampai saat ini terus dikenang sebagai Total Football.

Oliver Bierhoff

Nama Bierhoff membumi sejak tahun 1997-1998 bersama klub Udinese dengan menempati posisi ketiga Seri A dan Bierhoff sendiri saat itu menjadi capocanonnieri/ top skor Seri A dengan 27 goal. Dua keberhasilan ini mendorong Milan memboyongnya pada musim panas tahun 1998, dengan nilai transfer 25 miliar lira. Atas ajakan Fabio Capello di bulan Januari 1998 untuk bergabung bersama Milan pada bulan tersebut. Tapi, Bierhoff menolak tawaran itu karena ia masih berkonsentrasi bersama Udinese sehingga ia baru bisa bergabung pada musim depannya.

Di Milan musim 1998/1999, Bierhoff menjadi pemain kunci. Memang kurang produktif hasil yang diraihnya disana. Dari sisi ini, ia kalah bersaing dengan bintang Udinese, Marcio Amoroso asal Brazil, pencetak goal terbanyak musim itu, 22 goal atau superstar Fiorentina asal Argentina, Gabriel Batistuta yang mencetak 21 goal. Sedangkan Bierhoff sendiri tahun itu cuma mengoleksi 20 goal. Namun, dengan satu atau dua goal Bierhoff, Milan senantiasa meraih angka penuh. Tatkala Milan menaklukan Perugia 1-2 di Renato Curi dalam partai terakhir musim itu. Satu dari goal Rossoneri tercipta lewat tandukan maut Bierhoff. Sundulan itulah memastikan Milan meraih Scudetto ke 16 kalinya !!!!.
Keberhasilan, berkah sebuah tantangan. Sukses Bierhoff pun diraih setelah ia melewati berbagai rintangan, terutama di awal karirnya.

Bierhoff lahir di Karlsruhe, 1 Mei 1968. ia berasal dari sebuah keluarga kaya raya. Ayahnya pemilik perusahaan yang memasok energi listrik ke seluruh wilayah utara Jerman.

Karir sepakbola Oli –begitu ia biasa disapa- dimulai ketika masih berusia 5 tahun di Essen, tempat tinggalnya hingga ia berumur 17 tahun. Ia mulai dengan pemain gelandang. Kurang lebih 9 tahun ia bermain diposisi itu. Kemudian, Brundermann, pelatih yang jago dalam sistem offside mengubah posisinya sebagai penyerang. Tahun 1985 ia bergabung dengan klub Bayer Uerdingen, yang memperkuat tim remaja. Inilah periode yang cukup berat dalam hidupnya. Sebab, disamping bermain bola ia juga harus menyelesaikan sekolah lanjutan atasnya, sekaligus menjalani program wajib militer. Ia musti pandai membagi waktu antara kegiatan disekolah, asrama militer dan latihan sepakbola.
Dari Bayer, Bierhoff pindah ke Hamburg. Disini ia bertemu dengan Reimann, pelatih yang sangat masa bodoh dengan dirinya. Oleh sang pelatih, Bierhoff tak diperhitungkan sama sekali. Mungkin karena kehadirannya tidak terlalu menguntungkan. Alhasil, catatan prestasinya pun saat itu pas-pasan, cuma menjaringkan 6 goal dari 24 pertandingan.

Lalu, ia pindah lagi. Borussia Moenchengladbach menjadi tempat yang dituju. Disana pun, ia tetap menjadi pemain cadangan. Ia bingung. Mengapa tak seorang pun pelatih percaya pada kemampuannya .

Setelah itu, ia pergi lagi. Kali ini ia coba keluar dari Bundesliga, pergi ke Austria memperkuat Salzburg, klub yang dilatih seorang warganegara Jerman, Wiebach. Disanalah ia mulai menemukan titik terang.

Lalu, klub Italia, Ascoli menggaetnya. Namun, fans klub itu menolak. Mereka menuntut kepada Rozzi, Presiden Ascoli, untuk memulangkannya. Tetapi, permintaan itu tak digubris. Akibatnya, Bierhoff dihujat dan ditampar tifosi Ascoli 2 kali.

Pada musim semi tahun 1994, heboh dimarkas Udinese. Tifosi klub berteriak, menuntut Pozzo, Presiden Udinese untuk membatalkan transfer dan kontrak Bierhoff. Buat apa membeli pemain yang tidak mungkin bisa menghasilkan goal di Seri A, seru mereka. Tetapi, Pozzo tak mau tahu. Ternyata belakangan justru Bierhoff lah –dibawah asuhan Alberto Zaccheroni- yang mengangkat pamor Udinese. Pahlawan Euro 1996 ini menunjukkan tajinya di Seri A !!!!.. Grazie Oli !!!!.. Forza Milan !!!!

@ Oliver Bierhoff in Profile:
Lahir: Karlsruhe (Jerman), 01 Mei 1968
Tinggi/ Berat: 1.97m/ 83kg
Posisi: Striker
Debut Seri A: Ascoli 0-1 Milan, 01 September 1991
Karir: Bayer Uerdingen (1986-1988), Hamburg SV (1988-1990), Bayern
Moenchengladbach (1990), Salzburg (1990-1991), Ascoli (1991-1995), Udinese
(1995-1998), Milan (1998-2001)
Prestasi: Top Skor Seri A (1997-1998) 27 Goal
Peringkat ke 3 (Udinese) 1997-1998
Scudetto 1 (Milan)
Euro1996 (GoldenGoal) Jerman
Runner-up Piala Dunia 2002 Jerman

Senin, 13 Desember 2010

Roberto Donadoni

Roberto Donadoni (lahir di Cisano Bergamasco, Bergamo, Lombardia, Italia, 9 September 1963; umur 47 tahun) adalah seorang pelatih klub sepak bola asal Italia. Sejak Juli 2006 hingga Juni 2008 ia melatih Italia, menggantikan Marcello Lippi. Sebelum melatih tim nasional Italia, Donadoni adalah pelatih klub Serie A, Livorno sejak musim 2004/2005 menggantikan Franco Colomba. Sebelumnya ia juga pernah melatih Genoa (2003/2004) namun dipecat.

Sebelum melatih Donadoni terkenal sebagai salah satu gelandang Italia yang hebat. Bersama klub A.C. Milan ia meraih banyak gelar dan menjadi bagian dari "The Dream Team".

Serginho

Sergio Claudio dos Santos, yang paling sering dikenal sebagai Serginho, adalah seorang pemain sepak bola Brasil yang ditampilkan untuk pembangkit tenaga listrik Italia AC Milan tapi mengumumkan pengunduran dirinya dari sepakbola pada akhir musim 2007-2008. dia bermain sebagai pemain sayap dan telah mengumpulkan 10 piala internasional untuk tim nasional Brasil.

Serginho memulai nya klub sepak bola profesional di Brasil sisi Itaperuna sederhana pada tahun 1992 dan setelah melengkungkan melalui klub-klub Brasil besar seperti Flamengo, Cruzeiro dan Sao Paulo, dia pindah ke negara adikuasa Italia AC Milan pada tahun 1999.

Serginho itu sebagian besar menjadi pemain pinggiran dalam bertahun-tahun di Milan, tetapi dia telah utilitas yang sangat penting pengganti. Dia mencetak gol pertama Milan penalti melawan Juventus di final Liga Champions UEFA hukuman-baku tembak pada tahun 2003 tapi tidak pada situasi yang sama melawan Liverpool di final Liga Champions 2007.

Serginho pensiun dari sepak bola di akhir musim 2007-2008.

Alessandro Costacurta

Alessandro Costacurta (lahir pada tanggal 24 April 1966 di Orago) adalah seorang pemain sepak bola asal Italia. Dia adalah seorang bek tengah (defender)bermain untuk A.C. Milan dimana ia sudah bermain di klub tersebut sejak tahun 1987.

Bersama tim nasional Italia ia mengikuti ajang Piala Dunia tahun 1994, Piala Dunia tahun 1998 dan juga Piala Eropa 1994. Ia pensiun dari tim nasional pada tahun 1998 dengan total penampilan 59 kali.

Bersama Milan, Ia telah memenangkan 7 kali titel Serie A, Piala Champion Klub Eropa sebanyak 4 kali (1989, 1990, 1994, 2003).

Saat ini (Agustus 2005) ia masih terikat kontrak selama 1 tahun bersama Milan, yang berarti ia masih akan menjadi pemain walau ia sudah berusia 40-an. Ia adalah salah satu pemain setia untuk Rossoneri.

Perjalanan Karier (sampai musim 2004/2005)

Seri A, debut 25 Oktober 1987, Verona-Milan 0-1

Total Penampilan di Seri A, 419 (30 kali bersama Monza sebagai pemain pinjaman) total Gol 2. Total Penampilan di Piala Italia, 70 kali. Total Penampilan di kejuaraan Eropa, 116 Kali.costacurta pensiun pada musim 2007 - 2008.

George Weah

Nama lengkapnya cukup panjang "George Mannah Oppong Ousman Weah". Sepanjang daftar klub yang pernah dibelanya sepanjang itulah deretan julukan yang menyematinya: Lion King, The Black Diamond, King George.
 
Namun bagi pemain yang cukup tenar dengan nama George Weah saja ini, seabrek julukan tak ada artinya tanpa perolehan gelar. Dan dari sekian klub yang dibelanya, Milan adalah klub terlama dibelanya –selain Monaco- yang membuat namanya berkibar-kibar. Maklum, kala itu nama Milan begitu disegani kancah Eropa.
 
Direkrut dari klub Perancis, Paris Saint-Germain, Weah datang bermodalkan sebuah gelar juara Liga Perancis, 2 Piala Perancis, Pemain Terbaik Eropa dan Pemain Terbaik Dunia FIFA pada tahun yang sama. Prestasi yang membuat I Rossoneri berharap banyak padanya.
 
Harapan yang sama juga diingini Weah. Tekadnya waktu itu hanya satu, sukses bersama Milan. Asa yang berusaha diwujudkannya dengan kerja keras. Musim pertama Weah beradaptasi dengan baik. Tipe permainan sepakbola Italia yang terhitung baru buatnya dengan cepat dikuasai. Aksi Weah langsung menyatu dengan permainan klub yang kala itu masih diperkuat nama-nama besar seperti Roberto Donadoni dan Franco Baresi.
 
Bahkan ketajaman Weah membuahkan 11 gol dimusim pertamanya. Catat, ini jumlah gol terbanyak yang dicetak pemain Milan. Gol yang turut mengantarkan Milan kembali meraih scudetto yang musim sebelumnya gagal dibawa pulang. Weah pun menjadi pahlawan baru di San Siro kandang I Rossoneri.
 
Prestasi King George tak berhenti sampai disitu. Selama tiga musim, Milan memang puasa gelar. Tapi semangat Weah untuk bisa kembali memberikan gelar membuat motivasi tim juga terangkat. Pada musim 1998-1999, scudetto kembali diraih Milan. Kali ini sumbangan gol Weah memang tak sebanyak musim-musim sebelumnya. Tapi 8 gol yang diukirnya tetap sangat berarti. Ini menjadi scudetto terakhir yang bisa diraih Milan.
 
Setelah itu Weah hijrah ke Liga Inggris. Tak ada yang surut dari penampilan Weah baik di Chelsea. Performance apiknya tak kenal dengan usianya yang telah menua. Kehebatannya di Chelsea membuatnya makin diakui meski kedatangannya di klub London ini karena Weah tersingkir dari tim inti di Milan. Kedatangan Shevchenko dan Jose Mari membuatnya hengkang ke Negeri Ratu Elizabeth. Lalu Weah pun sempat membela klub Manchester City setengah musim sebelum membela Olimpique Marseille secara penuh dan akhirnya Weah menutup karirnya di klub Al Jazeera.
 
Nama Weah harum di negeri orang. Meninggalkan banyak penggemar di Perancis, Weah mendapatkan fans baru di Italia. Di Liberia, negara yang menjadi tanah kelahirannya, Weah juga sangat dipuja. Siapa yang tak bangga mengakui pemain sekaliber Weah? Apalagi sebagai pemain bintang, Weah sama sekali tidak pongah.
 
Uang berlimpah tak hanya dihabiskan untuk keperluan pribadi, tapi juga disumbangkan bagi kepentingan orang banyak. Weah tak hanya seorang dermawan. Beberapa yayasan kemanusiaan di Liberia dan beberapa negara lain rutin disumbangnya. Dia mendirikan George Weah Foundation. Agenda utamanya, membantu korban perang di Liberia.
 
Sifat pemurah yang mengantarkannya menjadi duta UNICEF. Kegiatan Weah di salah satu badan PBB ini sebagai duta keliling untuk SOS Children’s Village Enneralde, Afrika Selatan.
 
Jadi jangan heran kalau nama George Weah sangat dipuja. Tak hanya dinegara asalnya, tapi juga dunia !!!!.

@ George Weah in Profile:
Lahir: Monrovia (Liberia), 1 Oktober 1966
Tinggi/ Berat: 1.84m/ 70kg
Posisi: Striker
Karir: Young Survivors (1981-1984), Bongrange Company (1984-1985), Mighty Barrolle Monrovia (1985-1986), Invicibles Eleven (1986-1987), Tonnerre Younde (1987-1988), AS Monaco (1988-1992), Paris Saint-Germain (1992-1995), AC Milan (1995-1999), Chelsea (1999-2000), Manchester City (2000), Olimpique Marseille (2000-2001), Al Jazeera (2001-2002).
Prestasi: Pemain Terbaik Eropa
Pemain Terbaik Dunia FIFA
Scudetto 2 kali (1995-1996 dan 1998-1999)

Dejan Savicevic

Dejan Savićević (lahir 15 September 1966) merupakan seorang mantan pemain sepak bola berkebangsaan Montenegro. Dia kini menjabat sebagai presiden Asosiasi Sepak bola Montenegro. Dia pernah membela klub Budućnost Titograd, Red Star Belgrade, A.C. Milan, Red Star Belgrade, dan Rapid Wien. Di timnas Serbia, dia bermain 56 kali dan mencetak 19 gol. Dejan Savicevic adalah salah satu pemain yang sangat jenius . Ia memiliki skill yang sangat bagus . Ia memiliki julukan Si Jenius dari Montenegro.Ia pernah mengantar AC Milan menjadi juara liga champion.

Demetrio Albertini

Demetrio Albertini (lahir di Besana in Brianza, Provinsi Milan, Italia, 23 Agustus 1971; umur 39 tahun) merupakan mantan pemain sepak bola berkebangsaan Italia. Dia pernah bermain untuk A.C. Milan, Calcio Padova, Atlético Madrid, S.S. Lazio, Atalanta B.C., dan FC Barcelona. Di timnas Italia, dia bermain 79 kali main dan 3 gol.dia juga menjabat wakil presiden Federasi Sepak Bola Italia

Franco Baresi

Franco Baresi, eks pemain AC Milan dan Italia, merupakan salah satu libero terbaik di dunia, yang pernah ada. Tetapi tahukah anda, beliau menjadi pemain hebat karena kebetulan ?
 
Pada usia 12 tahun, Baresi pernah ditolak masuk oleh klubnya waktu itu (Inter Milan), dengan alasan posturnya yang terlalu kecil dan lemah, serta dianggap tidak cukup berbakat menjadi seorang pesepakbola andal.

Baresi kemudian memutuskan untuk melamar ke klub satu kota lainnya, yaitu AC Milan. Pilihan yang tepat, atau mungkin karena tidak ada pilihan lain…..

Hasilnya ? Franco Baresi menjadi libero terbaik pada masanya, dengan berbagai torehan gelar juara, mulai dari juara Liga, Piala Italia dan Liga Champions bersama AC Milan.

Just like in our life, everything comes for a reason, and it also happens with Baresi……

Zvonimir Boban

Mesin perang menggoyang bumi Yugoslavia. Negeri yang bersatu padu dibawah kepemimpinan mendiang Presiden Tito itu tiba-tiba berantakan. Perang saudara berkecamuk. Kesatuan dan Persatuan tinggal mimpi.

Namun, bukan hanya itu lembaran hitam perjalanan karir Boban. Masih banyak lagi. Ayahnya, Marinko, seorang pemain bola berprestasi pas-pasan. Puncak karirnya hanya sebatas pemain Divisi Dua Yugoslavia. Tatkala menginjak kedua putranya, Drazen dan Zvonimir Boban menginjak usia remaja, sang ayah memasukkan mereka ke klub lokal, Imotski Mracaj, sebuah desa yang terletak sekitar 70 kilometer dari kota Split.

Setelah 2 tahun bernaung disana. Pada tahun 1980, Marinko membawa mereka ke Split, untuk masuk klub Hajduk. Tetapi, sial menghadang. Pihak Hajduk menolak. Kecewa  Tentu saja. Tetapi, Marinko tak putus asa. Ia menjual rumahnya, lalu pindah ke Zagreb. “Mudah-mudahan disana pintu terbuka buat anakku” gumamnya. Benar !!!! Pelatih klub Dinamo saat itu, Blazevic yang pernah menjadi pelatih timnas Krosia menerima Zvonimir Boban dengan tangan terbuka.

Bersama Dinamo, berbagai kemajuan diraih, menjelang usia 17 tahun, Boban pun menjadi anggota tim inti klub itu. Lalu, tanda-tanda kebesaran mulai tampak. Tim nasional yunior Yugoslavia tampil gemilang dalam Kejuaraan Dunia di Cili. Gelar juara disabet dan Boban menjadi salah satu penentu keberhasilan itu, bersama pemain-pemain berbakat sekaliber Pedrag Mijatovic, Robert Jarni, Robert Prosinecki dan Davor Suker.
 
Sukses pula ia raih ditim nasional 21 tahun, bahkan diajang inilah ia bertemu dengan agen AC Milan, Ariedo Braida, tatkala Yugoslavia bertemu tim U-21 Italia di Parma. Braida terpesona dengan kualitas teknik Boban. Keberaniannya setara pemain kenamaan Italia, Tardelli dan gerakan kakinya selincah bintang negeri Spaghetti lainnya, Antognoni. Begitu ngebetnya, Braida langsung mendekati Boban diruang ganti pakaian. “Bila Anda mau bermain di luar negeri, informasikan kepada saya” tutur agen Rossoneri ini.

Menjelang Piala Dunia 1990 di Italia, pelatih timnas Yugoslavia, Ivica Osim berhasrat memanggil Boban. Tetapi, niat itu batal karena 2 bulan sebelum Piala Dunia berlangsung, terjadi kerusuhan dalam final Piala Yugoslavia. Red Star Belgrade bertemu Dinamo Zagreb dalam partai final itu. Pertarungan berlangsung seru. Serangan silih berganti. Tetapi kemenangan berpihak pada klub Boban, Dinamo Zagreb.

Di akhir pertandingan, fans Dinamo menyerbu ke lapangan, hendak merayakan kemenangan. Ternyata, hal yang sama dilakukan pula oleh fans Red Star Belgrade untuk melampiaskan kekecewaan. Bentrokan pun tak terhindarkan. Disaksikan Boban, polisi menghajar fans Dinamo. Boban berusaha melerai. Namun, polisi tak mau tahu. Malah, ia dihajar pula. Tragisnya lagi, sehari kemudian pers Belgrade menuduh Boban melakukan tindakan kriminal. Itulah kekelaman dari masa lalu. Saat itu kekuasaan hanya ada di Belgrade. Sedangkan warga Zagreb tak punya apa-apa. Tak lama kemudian, sidang kasus itu pun digelar, Boban sempat tertolong kaset video seorang wartawan Jerman yang berhasil mengungkapkan kejadian sebenarnya. Tetapi, fakta-fakta itu tidak diakui pengadilan. Boban dihukum tidak boleh bermain sepakbola selama 9 bulan. Kans untuk tampil di Piala Dunia Italia pun kandas.

Gebyar Piala Dunia 1990 berkumandang. Sebagai pelaku sepakbola, Boban ingin sekali menikmati nuansa gemuruh penonton di stadion. Maka, beberapa hari sebelum Yugoslavia bertemu Jerman, Boban teringat pesan Ariedo Braida. Lalu, ia menelpon yang bersangkutan. Bak gayung bersambut, Braida langsung menjemput Boban dengan mobilnya diperbatasan dan membawa Boban ke markas Milan secara rahasia. Dari sana, Boban menghubungi manajernya. Nale Naletilic. Pembicaraan tingkat tinggi pun berlangsung. Hasilnya, kesepakatan pra-kontrak tercapai. Pada tahun 1991, Boban datang lagi ke Milan untuk mulai bergabung.

Tetapi disana ia tidak langsung menjadi pemain inti. Sebab, ada satu kententuan yang berlaku saat itu. Setiap klub hanya boleh memasang tiga pemain asing dalam satu pertandingan. Alhasil, dalam satu tahun pertama ia hanya ditampilkan dalam pertandingan-pertandingan persahabatan. Kemudian, ia dipinjamkan ke Bari, bergabung dengan rekan seasalnya, Jarni an pemain asal Inggris, David Platt.

Cuma setahun di Bari, kemudian ia ditarik lagi ke Milan. Sampai disana, statusnya tak berubah. Bahkan, sempat ia hendak dipinjamkan ke Marseille, namun ia menolah “Pilih. Kalian mau mempertahankan saya atau menjual saya. Saya tak mau jadi pemain pinjaman” tutur Boban tak mau menggubrisnya.

Dalam pada itu, ketentuan baru menggelinding. Jumlah pemain asing boleh lebih dari tiga orang. Pintu pun terbuka buat Boban. Sektor kiri lapangan tengah dipercayakan kepadanya. Ia bahu membahu dengan Albertini, Desailly dan Savicevic, materi lapangan tengah Rossoneri diawal 90-an. Belakangan, sejalan dengan kematangannya, posisinya bergeser ke tengah menjadi playmaker.

Peran serupa ia jalankan bersama timnas Kroasia, disamping mengemban tugas sebagai kapten tim. Ketika Kroasia menggapai tempat ketiga di Piala Dunia 1998, Boban menjadi tokoh sentral. Dan saat Milan merengkuh Juara Seri A 1998-1999. Boban pula rohnya. Namun, diawal musim itu sebuah isu sempat meluncur dari Milanello. Boban akan segera meninggalkan klub milik Silvio Berlusconi itu. Pasalnya, ia tak sependapat dengan patron yang dimainkan pelatih baru, Alberto Zaccheroni. Menurut Boban, pola 3-4-3 terlalu defensif. Faktor lain, kedatangan pemain Brazil, Leonardo dari PSG Prancis. Dengan kehadiran Leonardo memang posisi Boban dalam tim tidak aman. Acapkali, ia ditempatkan sebagai pemain pengganti serta merta klub2 besar pun mendekat. Parma, Arsenal dan Inter ingin meminangnya. Namun, pernyataan Adriano Galliani mementahkan spekulasi tersebut. “Siapa yang ingin meminang Boban, todongkan dulu Pistol di kepala saya” tutur Wakil Presiden Milan ini. Toch akhirnya Boban meninggalkan juga San Siro diawal musim 2001-2002 menuju Spanyol, Celtavigo mengakhiri karirnya disana.

@ Sisi-sisi lain Boban:
- Gemar membaca karya Dostoievskij dan Borges.
- Menyukai lagu-lagu Julio Iglesias dan Whitney Houston.
- Penggemar mode ciptaan Ralp Lauren.
- Fans aktor Robert De Niro dan Andie Mac Dowell.
- Rekan sekaligus pengagum Dragan Petrovic pebasket terbaik Eropa yang
meninggal akibat kecelakaan lalu lintas.
- Senang bermain tenis dan menjadi sahabat Goran Ivanisevic.
- Sering makan malam bersama Maldini dan Costacurta, rekan satu timnya
di AC Milan.
- Makanan kesukaannya, Spaghetti dan Saus Tomat disertai anggur
Brunello di Montalcino.
- Istrinya Leonarda, bekas model. Pasangan ini pernah tinggal dirumah
yang pernah dihuni pemain Prancis, Jean Pierre Papin dekat San Siro.
- Mendambakan sebuah keluarga besar, banyak anak.
- Memiliki 2 ekor anjing Woody dan Kim serta seekor kucing, Lulu.
- Pensiun dari sepakbola tak membuat dia meninggalkannya menjadi
komentator adalah profesinya saat ini.

@ Zvonimir Boban in Profile:
Lahir: Imotski (Kroasia), 08 Oktober 1968
Tinggi/ Berat: 1.83 m/ 79 kg
Posisi: Midfielder
Debut Seri A: Bari 1-2 Lazio, 17 November 1991
Karir: Dynamo Zagreb (1985-1991), Bari (Nov 1991), Milan (1992-2001)
Prestasi: Scudetto 4 kali (Milan) 1991/1992, 1992/1993, 1993/1994, 1995/1996,
1998/1999
UEFA Champions League (Milan) 1993/1994
Piala Interkontinental (Milan) 1994
Runner-up UEFA Champions League (Milan) 1995/1996
Peringkat Ketiga Piala Dunia 1998 (Kroasia)
Pemain Terbaik Krosia 3 kali (1993, 1994 & 1998)

Jersey

Warna seragam kebanggaan Milan adalah merah-hitam, atau dalam bahasa Italia: Rossoneri, namun anehnya, di ajang final suatu kompetisi yang tidak memakai format kandang-tandang (contoh:Liga Champions) , Milan selalu memakai warna seragam putih. Tradisi ini dipercaya membawa keberuntungan untuk Milan. Dengan enam kali menang dari delapan laga final Liga Champions berseragam putih (hanya kalah melawan Ajax pada 1995 dan Liverpool pada 2005) membuat tradisi ini semakin kukuh dipertahankan. Selain kedua seragam Milan (merah-hitam dan putih), Milan memiliki seragam ketiga (third kit) berwarna hitam dengan sentuhan garis merah di beberapa bagian. Namun, seragam ketiga ini sangat jarang digunakan.

San Siro

Dibangun pada 1925 di distrik San Siro di Milan, yang menjadi sumber nama aslinya, di 1979 stadion ini diubah namanya secara resmi menjadi "Giuseppe Meazza" untuk menghormati seorang pemain Inter pada tahun 1920-an, namun hingga kini bagi fans AC Milan namanya tetap "San Siro".

Pada tahun 1987 dalam persiapan untuk Piala Dunia pemerintah Italia memberikan dewan kota Milan $30 juta untuk memodernisasikan stadion tersebut, namun akhirnya ongkosnya membengkak dua kali lipat.
Pada tahun 1990, stadion ini menjadi tempat pertandingan final Piala Dunia antara Jerman Barat dan Argentina.

Associazione Calcio Milan

Associazione Calcio Milan atau A.C. Milan adalah sebuah klub sepak bola Italia yang berbasis di Milan. Mereka bermain dengan seragam bergaris merah-hitam dan celana putih (kadang-kadang hitam), sehingga dijuluki rossoneri ("merah-hitam"). Milan adalah tim tersukses kedua dalam sejarah persepak bolaan Italia, menjuarai Seri A 17 kali dan Piala Italia lima kali.

Klub ini didirikan pada tahun 1899 dengan nama Klub Kriket dan Sepak bola Milan (Milan Cricket and Football Club) oleh Alfred Edwards, seorang ekspatriat Inggris. Sebagai penghormatan terhadap asal-usulnya, Milan tetap menggunakan ejaan bahasa Inggris nama kotanya (Milan) daripada menggunakan ejaan bahasa Italia Milano.