Senin, 13 Desember 2010

Zvonimir Boban

Mesin perang menggoyang bumi Yugoslavia. Negeri yang bersatu padu dibawah kepemimpinan mendiang Presiden Tito itu tiba-tiba berantakan. Perang saudara berkecamuk. Kesatuan dan Persatuan tinggal mimpi.

Namun, bukan hanya itu lembaran hitam perjalanan karir Boban. Masih banyak lagi. Ayahnya, Marinko, seorang pemain bola berprestasi pas-pasan. Puncak karirnya hanya sebatas pemain Divisi Dua Yugoslavia. Tatkala menginjak kedua putranya, Drazen dan Zvonimir Boban menginjak usia remaja, sang ayah memasukkan mereka ke klub lokal, Imotski Mracaj, sebuah desa yang terletak sekitar 70 kilometer dari kota Split.

Setelah 2 tahun bernaung disana. Pada tahun 1980, Marinko membawa mereka ke Split, untuk masuk klub Hajduk. Tetapi, sial menghadang. Pihak Hajduk menolak. Kecewa  Tentu saja. Tetapi, Marinko tak putus asa. Ia menjual rumahnya, lalu pindah ke Zagreb. “Mudah-mudahan disana pintu terbuka buat anakku” gumamnya. Benar !!!! Pelatih klub Dinamo saat itu, Blazevic yang pernah menjadi pelatih timnas Krosia menerima Zvonimir Boban dengan tangan terbuka.

Bersama Dinamo, berbagai kemajuan diraih, menjelang usia 17 tahun, Boban pun menjadi anggota tim inti klub itu. Lalu, tanda-tanda kebesaran mulai tampak. Tim nasional yunior Yugoslavia tampil gemilang dalam Kejuaraan Dunia di Cili. Gelar juara disabet dan Boban menjadi salah satu penentu keberhasilan itu, bersama pemain-pemain berbakat sekaliber Pedrag Mijatovic, Robert Jarni, Robert Prosinecki dan Davor Suker.
 
Sukses pula ia raih ditim nasional 21 tahun, bahkan diajang inilah ia bertemu dengan agen AC Milan, Ariedo Braida, tatkala Yugoslavia bertemu tim U-21 Italia di Parma. Braida terpesona dengan kualitas teknik Boban. Keberaniannya setara pemain kenamaan Italia, Tardelli dan gerakan kakinya selincah bintang negeri Spaghetti lainnya, Antognoni. Begitu ngebetnya, Braida langsung mendekati Boban diruang ganti pakaian. “Bila Anda mau bermain di luar negeri, informasikan kepada saya” tutur agen Rossoneri ini.

Menjelang Piala Dunia 1990 di Italia, pelatih timnas Yugoslavia, Ivica Osim berhasrat memanggil Boban. Tetapi, niat itu batal karena 2 bulan sebelum Piala Dunia berlangsung, terjadi kerusuhan dalam final Piala Yugoslavia. Red Star Belgrade bertemu Dinamo Zagreb dalam partai final itu. Pertarungan berlangsung seru. Serangan silih berganti. Tetapi kemenangan berpihak pada klub Boban, Dinamo Zagreb.

Di akhir pertandingan, fans Dinamo menyerbu ke lapangan, hendak merayakan kemenangan. Ternyata, hal yang sama dilakukan pula oleh fans Red Star Belgrade untuk melampiaskan kekecewaan. Bentrokan pun tak terhindarkan. Disaksikan Boban, polisi menghajar fans Dinamo. Boban berusaha melerai. Namun, polisi tak mau tahu. Malah, ia dihajar pula. Tragisnya lagi, sehari kemudian pers Belgrade menuduh Boban melakukan tindakan kriminal. Itulah kekelaman dari masa lalu. Saat itu kekuasaan hanya ada di Belgrade. Sedangkan warga Zagreb tak punya apa-apa. Tak lama kemudian, sidang kasus itu pun digelar, Boban sempat tertolong kaset video seorang wartawan Jerman yang berhasil mengungkapkan kejadian sebenarnya. Tetapi, fakta-fakta itu tidak diakui pengadilan. Boban dihukum tidak boleh bermain sepakbola selama 9 bulan. Kans untuk tampil di Piala Dunia Italia pun kandas.

Gebyar Piala Dunia 1990 berkumandang. Sebagai pelaku sepakbola, Boban ingin sekali menikmati nuansa gemuruh penonton di stadion. Maka, beberapa hari sebelum Yugoslavia bertemu Jerman, Boban teringat pesan Ariedo Braida. Lalu, ia menelpon yang bersangkutan. Bak gayung bersambut, Braida langsung menjemput Boban dengan mobilnya diperbatasan dan membawa Boban ke markas Milan secara rahasia. Dari sana, Boban menghubungi manajernya. Nale Naletilic. Pembicaraan tingkat tinggi pun berlangsung. Hasilnya, kesepakatan pra-kontrak tercapai. Pada tahun 1991, Boban datang lagi ke Milan untuk mulai bergabung.

Tetapi disana ia tidak langsung menjadi pemain inti. Sebab, ada satu kententuan yang berlaku saat itu. Setiap klub hanya boleh memasang tiga pemain asing dalam satu pertandingan. Alhasil, dalam satu tahun pertama ia hanya ditampilkan dalam pertandingan-pertandingan persahabatan. Kemudian, ia dipinjamkan ke Bari, bergabung dengan rekan seasalnya, Jarni an pemain asal Inggris, David Platt.

Cuma setahun di Bari, kemudian ia ditarik lagi ke Milan. Sampai disana, statusnya tak berubah. Bahkan, sempat ia hendak dipinjamkan ke Marseille, namun ia menolah “Pilih. Kalian mau mempertahankan saya atau menjual saya. Saya tak mau jadi pemain pinjaman” tutur Boban tak mau menggubrisnya.

Dalam pada itu, ketentuan baru menggelinding. Jumlah pemain asing boleh lebih dari tiga orang. Pintu pun terbuka buat Boban. Sektor kiri lapangan tengah dipercayakan kepadanya. Ia bahu membahu dengan Albertini, Desailly dan Savicevic, materi lapangan tengah Rossoneri diawal 90-an. Belakangan, sejalan dengan kematangannya, posisinya bergeser ke tengah menjadi playmaker.

Peran serupa ia jalankan bersama timnas Kroasia, disamping mengemban tugas sebagai kapten tim. Ketika Kroasia menggapai tempat ketiga di Piala Dunia 1998, Boban menjadi tokoh sentral. Dan saat Milan merengkuh Juara Seri A 1998-1999. Boban pula rohnya. Namun, diawal musim itu sebuah isu sempat meluncur dari Milanello. Boban akan segera meninggalkan klub milik Silvio Berlusconi itu. Pasalnya, ia tak sependapat dengan patron yang dimainkan pelatih baru, Alberto Zaccheroni. Menurut Boban, pola 3-4-3 terlalu defensif. Faktor lain, kedatangan pemain Brazil, Leonardo dari PSG Prancis. Dengan kehadiran Leonardo memang posisi Boban dalam tim tidak aman. Acapkali, ia ditempatkan sebagai pemain pengganti serta merta klub2 besar pun mendekat. Parma, Arsenal dan Inter ingin meminangnya. Namun, pernyataan Adriano Galliani mementahkan spekulasi tersebut. “Siapa yang ingin meminang Boban, todongkan dulu Pistol di kepala saya” tutur Wakil Presiden Milan ini. Toch akhirnya Boban meninggalkan juga San Siro diawal musim 2001-2002 menuju Spanyol, Celtavigo mengakhiri karirnya disana.

@ Sisi-sisi lain Boban:
- Gemar membaca karya Dostoievskij dan Borges.
- Menyukai lagu-lagu Julio Iglesias dan Whitney Houston.
- Penggemar mode ciptaan Ralp Lauren.
- Fans aktor Robert De Niro dan Andie Mac Dowell.
- Rekan sekaligus pengagum Dragan Petrovic pebasket terbaik Eropa yang
meninggal akibat kecelakaan lalu lintas.
- Senang bermain tenis dan menjadi sahabat Goran Ivanisevic.
- Sering makan malam bersama Maldini dan Costacurta, rekan satu timnya
di AC Milan.
- Makanan kesukaannya, Spaghetti dan Saus Tomat disertai anggur
Brunello di Montalcino.
- Istrinya Leonarda, bekas model. Pasangan ini pernah tinggal dirumah
yang pernah dihuni pemain Prancis, Jean Pierre Papin dekat San Siro.
- Mendambakan sebuah keluarga besar, banyak anak.
- Memiliki 2 ekor anjing Woody dan Kim serta seekor kucing, Lulu.
- Pensiun dari sepakbola tak membuat dia meninggalkannya menjadi
komentator adalah profesinya saat ini.

@ Zvonimir Boban in Profile:
Lahir: Imotski (Kroasia), 08 Oktober 1968
Tinggi/ Berat: 1.83 m/ 79 kg
Posisi: Midfielder
Debut Seri A: Bari 1-2 Lazio, 17 November 1991
Karir: Dynamo Zagreb (1985-1991), Bari (Nov 1991), Milan (1992-2001)
Prestasi: Scudetto 4 kali (Milan) 1991/1992, 1992/1993, 1993/1994, 1995/1996,
1998/1999
UEFA Champions League (Milan) 1993/1994
Piala Interkontinental (Milan) 1994
Runner-up UEFA Champions League (Milan) 1995/1996
Peringkat Ketiga Piala Dunia 1998 (Kroasia)
Pemain Terbaik Krosia 3 kali (1993, 1994 & 1998)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar